Teks Negoisasi
TEKS NEGOSIASI
Peluang Usaha Sanggar Tari
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan
keunikannya. “Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan
kebudayaan yang majemuk dan sangat kaya ragamnya. Perbedaan yang terjadi dalam
kebudayaan Indonesia dikarenakan proses pertumbuhan yang berbeda dan pengaruh
dari budaya lain yang ikut bercampur di dalamnya.” (Kong Fu Tse,
1970). Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang
tinggi. Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi
budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Negara Indonesia mempunyai
norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya. Setiap butir norma memiliki
peranan masing-masing dalam mengatur hidup manusia (Soekamto, 1984). Norma
merupakan suatu ketetapan yang ditetapkan oleh manusia dan wajib dipatuhi oleh
masyarakat dan memiliki manfaat positif bagi kelangsungan hidup khalayak.
Pada kondisi saat ini,
kebudayaan mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan
kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari
pengaruh budaya.
Berdasarkan kejadian tersebut, muncullah ide
untuk membuat usaha pengembangan seni budaya bangsa Indonesia. Karena
budaya-budaya Indonesia sangat beragam dan selain itu agar bisa memberikan rasa
bangga kepada para remaja dan orang-orang yang lainnya agar tau bahwa
kebudayaan Indonesia sangat berarti dan bagus.
Ø Gambaran Produk
Sanggar Tari ini berbeda dengan yang lainnya.
Selain kami membina dengan konsep tari tradisional, kami juga membina dengan
konsep tari modern yang gerakan hampir mirip atau dikombinasikan dengan tari
tradisional. Sanggar Tari kami juga sering membuat event-event tertentu agar
lebih mengenalkan sanggar serta mengenalkan penari-penari didikan kami.
Kami menciptakan
suasana tarian yang berbeda dengan sanggar lain. Dengan cara mengkolaborasikan
penari tradisional dengan penari semi modern di atas 1 panggung . Kami juga
mendidik penari tradisional mempelajari tentang tari semi modern maupun
sebaliknya.
Ø
Contoh Paket Didikan Kami
- Tari Tradisional
- Tari Semi Modern
- Tari Tradisional + Semi Modern
- Tari Modern
Ø Strenght (Kekuatan)
·
Tempat strategis
·
Mempunyai ciri khas cara mendidik dan gerakan tari
·
Pelayanan yang baik, sopan
dan ramah.
·
Menyediakan berbagai paket didikan tari
Ø Weakness (Kelemahan)
·
Kurang cocok bagi yang tidak suka dengan
tari-tarian
·
Kurangnya modal untuk memulai usaha
·
Belum adanya cabang sanggar tari (awal usaha)
Ø Opportunity(Peluang)
·
Digemari oleh semua kalangan umur dan
pecinta budaya
·
Cabang yang banyak dan event yang sering
ditunjukkan menjadikan konsumen mudah untuk mengenali sanggar tari kami
·
Budaya sekarang menjadi tren
dikalangan masyarakat
Ø Threat (Ancaman)
·
Selera masyarakat yang berganti – ganti dan tidak begitu suka budaya
·
Kurangnya peminat dalam tari-tarian
·
Banyak saingan
Contoh Dialog Negosiasi
Pegawai Bank :
“Selamat pagi Pak, silahkan duduk, ada yang bisa kami
bantu?”
Nasabah : “ Selamat pagi bu.
Ya, terimakasih.”
Nasabah : “Begini bu, saya
ingin mengajukan proposal peminjaman uang untuk usaha ikan lele saya.”
Pegawai Bank : “Maaf, bisa saya lihat
proposalnya?”
Nasabah : “Ini bu, silahkan.”
Pegawai Bank : “Sebenarnya, proposal
bapak ini sangat bagus,tidak ada masalah.Cuma kami
dari pihak bank tidak bias memenuhi permintaan
dana sebesar 500 juta.”
Nasabah : “Jadi, kira-kira
pihak bank mampu memberikan berapa bu?”
Pegawai Bank : “Setelah saya hitung,
kami hanya menyanggupi sampai 300 juta pak dengan
bunga 4%”
Nasabah : “Tidak bias
ditambah lagi bu? Usaha ini sebenarnya sangat sukses, pesanan ikan lele ke kami dari seluruh Indonesia.”
Nasabah : “Dana ini
rencananya akan kami gunakan untuk menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan ikan lele
tersebut.”
Pegawai Bank : “Tunggu dulu pak, saya
hitung ulang dulu.”
Pegawai Bank : “Yah, sepertinya kami
sanggup memberikan 350 juta.”
Nasabah : “Wah, apakah tidak bisa
dinaikin lagi bu? Gimana kalau 400 juta?”
Pagawai Bank : “Maaf pak, hanya segitu
yang bias kami sanggupi.”
Nasabah : “Iya deh bu, tidak
apa-apa, saya setuju.”
Struktur Teks Negosiasi :
1. Orientasi
Pegawai Bank : “Selamat pagi Pak, silahkan duduk, ada yang bisa kami bantu?” Nasabah : “ Selamat pagi bu. Ya, terimakasih.”
2. Permintaan
Nasabah : “Begini bu, saya ingin mengajukan proposal peminjaman uang untuk usaha ikan lele saya.”
Struktur Teks Negosiasi :
1. Orientasi
Pegawai Bank : “Selamat pagi Pak, silahkan duduk, ada yang bisa kami bantu?” Nasabah : “ Selamat pagi bu. Ya, terimakasih.”
2. Permintaan
Nasabah : “Begini bu, saya ingin mengajukan proposal peminjaman uang untuk usaha ikan lele saya.”
Pegawai Bank : “Maaf, bisa saya lihat proposalnya?”
Nasabah : “Ini bu, silahkan.”
3. Pemenuhan
Pegawai Bank : “Sebenarnya, proposal bapak ini sangat bagus,tidak ada masalah.Cuma kami dari pihak bank tidak bias memenuhi permintaan dana sebesar 500 juta.”
4. Penawaran
Nasabah : “Jadi, kira-kira pihak bank mampu memberikan berapa bu?”
3. Pemenuhan
Pegawai Bank : “Sebenarnya, proposal bapak ini sangat bagus,tidak ada masalah.Cuma kami dari pihak bank tidak bias memenuhi permintaan dana sebesar 500 juta.”
4. Penawaran
Nasabah : “Jadi, kira-kira pihak bank mampu memberikan berapa bu?”
Pegawai Bank : “Setelah saya hitung, kami hanya menyanggupi sampai 300 juta pak dengan bunga 4%”
Nasabah : “Tidak bias ditambah lagi bu? Usaha ini sebenarnya sangat sukses, pesanan ikan lele ke kami dari seluruh Indonesia.”
5. Persetujuan
Nasabah : “Dana ini rencananya akan kami gunakan untuk menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan ikan lele tersebut.”
5. Persetujuan
Nasabah : “Dana ini rencananya akan kami gunakan untuk menambah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan ikan lele tersebut.”
Pegawai Bank : “Tunggu dulu pak, saya hitung ulang dulu.”
Pegawai Bank : “Yah, sepertinya kami sanggup memberikan 350 juta.”
Nasabah : “Wah, apakah tidak bisa dinaikin lagi bu? Gimana kalau 400 juta?”
Pegawai Bank : “Maaf pak, hanya segitu yang bias kami sanggupi.”
Nasabah : “Iya deh bu, tidak apa-apa, saya setuju.”